Translate

Senin, 01 Desember 2008

Laporan Magang Gizi Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dan 174 negara (UNDP, 2003). Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP, 2004), yang merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-negara tetangga.
Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia, yang dapat ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi sebesar 35 per seribu kelahiran hidup, dan angka kematian balita sebesar 58 per seribu serta angka kematian ibu sebesar 307 per seratus ribu kelahiran hidup (UNDP, 2001). Perlu diketahui bahwa lebih dan separo kematian bayi, balita dan ibu ini berkaitan dengan buruknya status gizi.
Seiring dengan bertambahnya umur, disertai dengan adanya asupan zat gizi yang lebih rendah bandingkan kebutuhan serta tingginya beban penyakit infeksi pada awal-awal kehidupan maka sebagian besar bayi Indonesia terus mengalami penurunan status gizi dengan puncak penurunan pada umur kurang lebih 18-24 bulan. Pada kelompok umur inilah prevalensi balita kurus (wasting) dan balita pendek (stunting) mencapai tertinggi (Hadi, 2002). Setelah melewati umur 24 bulan, status gizi balita umumnya mengalami perbaikan meskipun tidak sempurna.
Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi dibandingkan balita yang tidak kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta dan balita di seluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, malaria, campak dll. Ironisnya, 54% dan kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang gizi (WHO 2002).
Masa balita menjadi lebih penting lagi oleh karena merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Terlebih lagi 6 bulan terakhir masa kehamilan dan dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa emas dimana sel-sel otak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata-rata IQ 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted (UNICEF, 1998).
Penanggulangan gizi kurang memerlukan upaya yang menyeluruh, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Efektivitas penanggulangan gizi kurang ditentukan oleh dua hal. Pertama, ketepatan melakukan identifikasi dini gangguan pertumbuhan dan kedua, ketepatan dan kecepatan tindak lanjut setiap gangguan pertumbuhan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pendampingan kepada keluarga yang memiliki balita gizi buruk dalam rangka meningkatkan asupan makanan serta memperbaiki status gizi balita.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan asupan makanan balita gizi kurang/buruk
b. Mengurangi frekuensi konsumsi snack komersil yang tidak sehat
c. Meningkatkan berat badan balita gizi kurang/buruk

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN


A. Gambaran Umum Desa Bonto Bahari
1. Keadaan Geografis
Desa Bonto Bahari terletak di Kecamatan Bontoa dengan luas wilayah 12,55 km2, yang terdiri dari 3 Dusun, yaitu : Dusun Baji Areng, Dusun Cambayya, dan Dusun Sabanga.
Adapun batas-batas wilayah Desa Bonto Bahari meliputi :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pajjukukang
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar (Laut)
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Marannu
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bonto Marannu
B. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk desa bonto bahari sebanyak 1.289 orang, yang terdiri dari 651 orang laki-laki dan 638 orang perempuan.
C. Keadaan Sosial Ekonomi/Budaya
Keadaan sosial ekonomi/budaya Desa Bonto Bahari cukup beragam mulai dari agama, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.
1. Agama
Ditinjau dari agama yang dianut, 100% penduduk Desa Bonto Bahari adalah beragama Islam. Masing-masing Dusun memiliki 1 buah masjid.
2. Tingkat Pendidikan Penduduk
Pada umumnya tingkat pendidikan penduduk Bonto Bahari hanya tamat SD.
3. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian penduduk Desa Bonto Bahari adalah sebagai berikut :
a. Bidang Pertanian
Di Desa Bonto Bahari terdapat tanah Pertanian seluas 185 Ha. Sawah dengan pengairan teknis seluas 45 Ha, sawah dengan setengah teknis seluas 75 Ha dan sawah dengan tadah hujan seluas 65 Ha.
b. Bidang Perikanan Darat
Dalam Desa Bonto Bahari terdapat empang seluas 578 Ha, luas empang yang terurus dengan baik seluas 395 Ha dan yang kurang diperhatikan pemiliknya seluas 183 Ha. Adapun jenis-jenis yang dipelihara yaitu udang windu, ikan bandeng, ikan mujair dll.
c. Bidang Perikanan Laut
Penduduk Desa Bonto Bahari terdapat sekitar 55 % nelayan melakukan tangkapannya setahun sekitar 126 ton. Ikan laut sekitar 26 ton, udang sekitar 96 ton dan ikan lain-lain sekitar 4 ton.
d. Bidang Peternakan
Jumlah ternak yang berada di Desa Bonto Bahari yaitu : kerbau 17 ekor, sapi 6 ekor, kuda 5 ekor, kambing/domba 65 ekor, ayam 974 ekor, itik 1785 ekor dan lain-lain. Peternakan ini jika musim kemarau panjang, maka sebagian penduduk dengan segera menjualnya, karena kurangnya air bersih (tawar).
D. Status Kesehatan
Desa Bonto Bahari memiliki 3 buah Posyandu, 1 buah Polindes (Poliklinik Desa). 3 buah Pos KB Desa, 1 orang bidan Desa dan 15 orang dukun terlatih. Berdasarkan data Puskesmas Tunikamaseang per April 2006, jumlah Balita Gizi Buruk (BGM) di Desa Bonto Bahari sebanyak 9 orang
BAB III
METODOLOGI


Metodologi yang dilakukan dalam kegiatan intervensi ini terdiri atas :
A. Persiapan
1. Pengumpulan data sekunder
a. Masalah gizi di lokasi kegiatan yang di peroleh dari Puskesmas Tunikamaseang berdasarkan hasil pemantauan pertumbuhan bulan terakhir di Posyandu.
b. Gambaran umum lokasi kegiatan yang diperoleh dari Buku Profil Desa.
2. Pengumpulan data primer
Setelah data sasaran yang mengalami masalah gizi atau balita yang memiliki berat badan di bawah garis merah (BGM) yang diperoleh dari Puskesmas, maka selanjutnya dilakukan pengumpulan data primer yang terdiri dari :
a. Berat badan, pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan Salter.
b. Tinggi badan, pengukuran dilakukan dengan menggunakan microtoice.
c. Data Status Sosial ekonomi, diperoleh dengan menggunakan metode wawancara.
d. Data Asupan Makanan, diperoleh dengan menggunakan metode recall konsumsi 1 x 24 jam,
3. Analisis Data dan Penyusunan Rencana Intervensi
Analisis data dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab masalah Gizi yang dialami oleh sasaran. Data status gizi ditentukan dengan menggunakan program Epi Info 602 sedangkan data asupan makanan diolah dengan menggunakan program Menu-A.
Setelah penyebab masalah ditemukan, selanjutnya dilakukan penyusunan rencana intervensi. Output rencana intervensi terdiri dari siklus menu 6 hari yang harus diberikan kepada sasaran serta pesan-pesan Gizi yang akan disampaikan selama kegiatan intervensi.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Intervensi dilakukan dengan 3 (tiga) tahap yaitu :
1. Intervensi
Intervensi dilakukan selama 12 hari berturut-turut setiap pukul 12.00 – 14.00 wita dengan cara mengunjungi rumah sasaran untuk membuat makanan yang telah disepakati serta melakukan konseling kepada ibu balita. kegiatan intervensi dilakukan mulai tanggal 23 Juli s/d 3 Agustus 2006.
2. Penguatan
Proses penguatan dilakukan untuk menjamin keberlanjutan program intervensi serta memberikan dukungan moril kepada ibu balita. Kegiatan ini dilakukan dengan metode kunjungan rumah sebanyak 3 (tiga) kali yaitu pada tanggal 4-6 Agustus 2006.
3. Praktek Mandiri
Pada tahap ini ibu balita diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan pemberian makanan sendiri tanpa didampingi oleh mahasiswa, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bantuan mahasiswa. Kegiatan ini dilakukan selama 7 (tujuh) hari, yaitu mulai tanggal 7 s/d 13 Agustus 2005.
C. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2005, dengan menggunakan indikator yaitu : penurunan frekuensi konsumsi jajanan komersil serta peningkatan asupan makanan.
BAB IV
POTRET GIZI BURUK


A. Juliana

1. Karakteristik anak
Di Desa Bonto Bahari pada tanggal 10 Juni 2005 seorang ibu bernama HS melahirkan anak perempuan yang keempat dan diberi nama Juliana. Anak pertama HS berusia 6 tahun, anak kedua berusia 4 tahun, ketiga 3 tahun. Waktu lahir ibu Sohorah ditolong oleh bidan desa. Berat badan Juliana waktu lahir 2,7 kg dengan panjang badan 47 cm. Saat juliana berada dalam kandungan, ibunya tidak pernah merasakan hal-hal yang aneh, sehingga ia merasa tidak perlu memeriksakan kehamilannya. Sekarang juliana berumur 13 bulan dengan berat badan 6.5 kg dan tinggi badan 70.4 cm. Secara keseluruhan juliana mempunyai ukuran antropometri menurut BB/U, TB/U dan BB/TB berturut-turut : -3.11 SD (buruk), -1.88 SD (Normal) dan -2.47 SD (kurus). Data tersebut menunjukkan bahwa juliana tergolong anak yang sedang mengalami masalah gizi buruk, walaupun berlum menunjukkan tanda-tanda klinis.
2. Karakteristik orang tua
Orang tua Juliana bekerja sebagai nelayan pencari kepiting. Ayah juliana tidak lulus SD sedangkan ibunya hanya tamatan SD dan mereka menikah muda dimana Ayah juliana berumur 17 tahun dan ibunya berumur 15 tahun. Ibu Juliana mempunyai LILA 27,5 cm dengan demikian status giziya termasuk baik, Ny. Sohorah tidak bekerja dia hanya mengurus pekerjaan rumah tangga dan mengurus Juliana.
3. Kondisi Tempat tinggal
Juliana dan kedua orang tuanya tinggal serumah dengan nenek dari ibunya Juliana, 3 orang saudara Juliana, menantu dan cucu dari orang tua juliana. Rumah ini berlantai dan berdinding papan serta beratap seng. Ventilasi cukup baik karena setiap ruangan di lengkapi dengan jendela yang lebar. Keluarga ini termasuk keluarga yang manpu karena selain pekerjaan ayahnya sebagai nelayan ayah Juliana juga memiliki beberapa empang yang luas, pekarangan rumah tidak dikelola secara maksimal karena rumah mereka di kelilingi empang sehingga jika musim hujan seluruh pekarangan digenangi air dan saat musim kemarau tanah kering dan retak-retak
4. Sanitasi lingkungan
Rumah ini tidak memiliki sumur sumber air minum diperoleh dari sumur penampungan yang ada di desa tetangga, jika musim kemarau mereka membeli air untuk minum dan keperluan lainnya. Keluarga ini tidak mempunyai WC mereka biasa buang air di sungai atau di empang. Sampah rumah tangga di tumpuk di belakang rumah dan dibakar jika sudah banyak, pada musim hujan dibiarkan saja. Air limbah dari rumah dibiarkan mengalir begitu saja karena tidak ada saluran pembuangan khusus (SPAL).
5. Riwayat ASI
Juliana disusui ibunya setelah hari ke 3 juliana lahir selama 3 hari juliana diberi air gula oleh ibunya, akan tetapi sejak ia berumur 1 bulan ASI ibunya sudah mulai keluar dan ia diberikan ASI sampai sekarang. Pemberian ASI Juliana dalam sehari sangat tergantung keinginan Juliana, sehingga kadang dalam sehari ia tidak menyusui, ibunya hanya memberikan ASI jika Juliana meminta.
6. Riwayat MP-ASI
MP-ASI mulai diberikan sejak Juliana masih berusia 3 bulan, jenis MP-ASI yang diberikan ialah buah pisang dan pepaya. Saat ini juliana mulai diperkenalkan oleh ibunya makanan keluarga. Menurut ibunya, Juliana sangat suka makan ikan akan tetapi ia tidak suka sayur. Dalam sehari juliana makan 3 kali sehari mengikuti waktu makan orang tuanya. Akhir-akhir ini juliana malas makan sejak ia mulai sakit-sakitan dan sering diberikan jajanan komersial dalam bentuk kerupuk.
7. Riwayat penyakit infeksi/lainnya
Sejak umur 9 bulan Juliana sering sakit-sakitan, penyakit yang paling sering diiderita yaitu diare dan demam bahkan kejangkejang. Menurut ibunya jika sakit Juliana di bawa ke puskesmas untuk berobat, jika sakit Juliana tidak mau makan ditambah kebiasaan jajan membuat Juliana semakin malas makan.
8. Riwayat pertumbuhan
Sejak lahir Juliana tumbuh pesat seperti anak yang lain tapi ketika mulai sakit-sakitan Juliana penambahan berat badannya mulai berkurang. Berdasarkan keterangan dari ibunya, sejak umur 6 bulan berat badan Juliana hanya bertambah sedikit setiap bulan bahkan terkadang turun sampai akhirnya berat badannya di bawah garis merah.
9. Program yang diikuti
Juliana tidak rutin di bawa ke posyandu bahkan Juliana tidak mempunyai KMS hanya seingat ibunya juliana pernah diberi imunisasi Polio dan Hepatitis B. Juliana tidak pernah mendapat PMT dari puskesmas karena tergolong keluarga mampu.
10. Pola asuh lainnya
Ibu juliana hanya bekerja di rumah sehingga sebagian besar waktunya digunakan untuk merawat Juliana namun jika ibunya sibuk maka Juliana di asuh oleh neneknya. Sikap Juliana yang rewel membuat nenek dan ibunya selalu memanjakan Juliana dalam bentuk memberikan apapun yang ia inginkan untuk menghilangkan perilaku rewelnya. Akan tetapi langkah yang mereka tempuh tergolong keliru karena yang mereka berikan ialah kerupuk yang mengandung tinggi garam, MSG dan pewarna sintetik.
11. Kesimpulan
Juliana lahir dengan kondisi yang cukup baik, pendidikan orang tua yang rendah serta pengetahuan gizi yang kurang dan didukung dengan sanitasi lingkungan yang tidak sehat, membuat juliana mengalami kondisi yang buruk. Hal tersebut sangat disayangkan, karena mengingat orang tua Juliana tergolong orang yang mampu.
B. Mukhlas



1. Karakteristik anak
Seorang anak laki-laki bernama Mukhlas lahir di Puskesmas Barandasi pada tangga l7 Maret 2005, Muklas merupakan anak pertama dari pasangan suami istri K dan J, ketika hamil ibu Mukhlas tidak merasakan ngidam dan muntah-muntah yang hebat. Mukhlas lahir dengan berat badan 2,5 kg dan panjang badan Muklhas 48 cm. Saat ini Mukhlas berusia 16 bulan dengan berat badan 7.5 kg dan panjang badan 71.0 cm. Secara keseluruhan Mukhlas mempunyai ukuran antropometri menurut BB/U, TB/U dan BB/TB berturut-turut : -3.20 SD (buruk), -3.27 SD (Pendek) dan -1.73 SD (Normal). Data tersebut menunjukkan bahwa Mukhlas tergolong anak yang sedang mengalami masalah gizi buruk.

2. Karakteristik orang tua
Keluarga Mukhlas tinggal di dusun Cambayya, ayah Mukhlas bekerja di tambak mereka sendiri yang berada agak jauh dari rumah. Pendidikan ayah Mukhlas tidak tamat SD dan ibu Mukhlas hanya tamatan SD. Kedua orang tua Mukhlas menikah pada umur 29 tahun. Ibu Mukhlas tidak bekerja hanya mengurus Mukhlas. Ibu Mukhlas agak gemuk dengan LILA 31 cm, Menurut ibu Mukhlas sebelum menikah memang badannya gemuk dan dan saat ini badannya masih tetap seperti dulu.
3. Kondisi tempat tinggal
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah batu (permanen), memiliki beberapa jendela dan ventilasi namun tidak memiliki pelapon, serta beratap seng, di rumah tersebut hanya tinggal bertiga. Halaman rumah ini tidak dimanfaatkan karena kondisi yang tidak memungkinkan karena sempit di mana pekarangan tergenang air pada musim hujan dan susahnya mendapatkan air pada musim kemarau.
4. Sanitasi lingkungan
Di rumah Mukhlas tidak ada sumur, sumber air minum berasal dari sumur penampungan air hujan tidak ada WC sehingga mereka membuang hajat di sungai yang ada dibelakang rumah. Pewadahan sampah juga tidak ada dan sampah dibiarkan berserakan disekitar rumah dan kadang-kadang dibakar, sarana pembuangan air limbahpun tidak ada.
5. Riwayat ASI
Satu hari setelah lahir Mukhlas langsung di beri ASI sampai saat ini. Pemberian ASI Mukhlas dalam sehari sangat tergantung keinginan Mukhlas, sehingga kadang dalam sehari ia tidak menyusui, ibunya hanya memberikan ASI jika Mukhlas menangis.
6. Riwayat MP-ASI
Pada umur 2 bulan Mukhlas sudah diberikan MP-ASI berupa pisang, nasi dengan kuah sayur atau kuah ikan. Dalam sehari Mukhlas makan 3 kali sehari mengikuti waktu makan orang tuanya.
7. Riwayat penyakit infeksi/lainnya
Seperti halnya dengan anak yang tinggal di lingkungan tersebut Mukhlas juga sering menderita diare dan demam serta batuk-batuk sejak berumur 5 bulan. Jika sakit Mukhlas diberi obat oleh ibu bidan yang sering datang ke tempat mereka.
8. Riwayat pertumbuhan
Sejak lahir hingga sekarang, Mukhlas baru ditimbang 2 (dua) kali, terakhir ia ditimbang 3 (tiga) bulan lalu, dan ibunya sudah lupa berapa berat badannya saat itu.
9. Program yang diikuti
Menurut ibunya imunisasi Mukhlas tidak lengkap hanya mendapatkan imunisasi BCG dan Polio serta mendapatkan vitamin A. Mukhlas juga tidak pernah mendapat MP-ASI dari puskesmas.
10. Pola asuh lainnya
Pekerjaan ibu Mukhlas hanya mengurus rumah tangga sehingga ibunya masih punya banyak waktu untuk mengurus Mukhlas. Karena nenek mukhlas sudah tua, maka ibunya lebih banyak berama Mukhlas. Ia sering diajak keluar bermain oleh ibunya, hanya saja setiap keluar rumah ia tidak pernah menggunakan alas kaki.
11. Kesimpulan
Mukhlas lahir dengan berat badan yang cukup, pendidikan orang tua yang rendah, sanitasi lingkungan yang tidak sehat serta perilaku ibu yang tidak jarang memberikan alas kaki untuk Mukhlas ketika bermain di luar rumah, membuat Mukhlas mengalami kondisi yang buruk. Hal tersebut sangat disayangkan, karena mengingat orang tua Mukhlas tergolong orang yang mampu.
C. Aco




1. Karakteristik anak
Seorang anak laki-laki bernama Aco pada tanggal 29 September 2004, lahir di Rumah Orang Tuanya bernama S. Proses kelahiran anak ketiga ini ditolong oleh neneknya sendiri, 6 hari setelah kelahiran Aco Ibu Bidan desa baru mengetahui berita kelahiran Aco, sehingga berat badan dan panjang badan Aco tidak diketahui. Sejak lahir dan sampai sekarang Aco baru ditimbang 4 kali, padahal sekarang aco sudah berusia 21 Bulan. Ketika hamil ibu Aco tidak merasakan ngidam dan muntah-muntah yang hebat, sehingga ia tidak pernah memeriksakan kehamilannya karena merasa tidak ada masalah. Saat ini Aco memiliki berat badan 8.0 kg dan panjang badan 79.5 cm. Secara keseluruhan Aco mempunyai ukuran antropometri menurut BB/U, TB/U dan BB/TB berturut-turut : -3.26 SD (buruk), -1.9 SD (Normal) dan -3.29 SD (Sangat Kurus). Data tersebut menunjukkan bahwa Aco tergolong anak yang sedang mengalami masalah gizi buruk.
2. Karakteristik orang tua
Keluarga Aco tinggal di dusun Cambayya, ayah Mukhlas bekerja sebagai pencari kepiting laut. Pendidikan ayah Aco tidak tamat SD dan ibu Aco juga tidak tamatan SD. Kedua orang tua Aco menikah pada umur 29 tahun. Ibu Aco tidak bekerja hanya mengurus Aco. Ibu Aco juga tergolong kurus dengan LILA 20 cm, Menurut ibu Aco sebelum menikah memang badannya seperti sekarang.
3. Kondisi tempat tinggal
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah panggung berlantai dan berdinding papan serta beratap seng. Ventilasi cukup baik karena setiap ruangan di lengkapi dengan jendela. Keluarga ini termasuk keluarga yang kurang manpu, pekarangan rumah tidak dikelola secara maksimal karena rumah mereka di kelilingi empang sehingga jika musim hujan seluruh pekarangan digenangi air dan saat musim kemarau tanah kering dan retak-retak.
4. Sanitasi lingkungan
Di rumah Aco tidak ada sumur, sumber air minum berasal dari sumur penampungan air hujan yang berjarak sekitar 2 KM dari rumahnya, Aco juga tidak memiliki WC sehingga mereka membuang hajat di sungai yang ada dibelakang rumah. Pewadahan sampah juga tidak ada dan sampah dibiarkan berserakan disekitar rumah dan kadang-kadang dibakar, sarana pembuangan air limbahpun tidak ada.
5. Riwayat ASI
Dua hari setelah lahir Aco langsung di beri ASI sampai saat ini. Frekuensi pemberian ASI Aco tergolong sering, karena Aco sangat rewel, setiap menangis ibunya selalu memberikan ASI. Hingga saat ini Aco masih disusui.
6. Riwayat MP-ASI
Pada umur 2 bulan Aco sudah diberikan MP-ASI berupa pisang, nasi dengan kuah ikan. Dalam sehari Aco makan 3 kali sehari mengikuti waktu makan orang tuanya, dan lebih banyak makan jajanan.
7. Riwayat penyakit infeksi/lainnya
Sejak berumur 5 bulan, aco sering sakit-sakitan, sakit yang paling sering di derita ialah demam dan batuk-batuk. Jika sakit Ibu Aco meminta obat dari ibu bidan yang datang setiap hari selasa di kampung mereka.
8. Riwayat pertumbuhan
Ibu Aco tergolong ibu yang sedikit kurang memberikan perhatian kepada anaknya, khususnya pemantauan pertumbuhan di Posyandu. Sejak lahir hingga sekarang, Aco baru ditimbang 3 (tiga) kali di timbang di Posyandu, terakhir ia ditimbang 4 (empat) bulan lalu, dan ibunya sudah lupa berapa berat badannya saat itu dan diperparah dengan tidak adanya KMS yang dimiliki oleh Aco.
9. Program yang diikuti
Menurut ibunya imunisasi Mukhlas tidak lengkap hanya mendapatkan imunisasi BCG dan Polio serta mendapatkan vitamin A. Aco pernah mendapatkan MP-ASI dengan merek SUN dari Ibu Bidan selama 3 bulan. Setelah itu tidak ada lagi bantuan yang ia terima. Bantuan itu diterima kurang lebih 7 (tujuh) bulan yang lalu.
10. Pola asuh lainnya
Pekerjaan ibu Aco hanya mengurus rumah tangga sehingga ibunya masih punya banyak waktu untuk mengurus Aco. Karena nenek Aco sudah tua, maka ibunya sering meminta kaka pertama atau kaka kedua Aco untuk mengajak Aco bermain. Aco sering diajak keluar bermain oleh kakanya, hanya saja setiap keluar rumah ia tidak pernah menggunakan alas kaki. Hal tersebut sebuah perilaku yang sangat keliru.
11. Kesimpulan
Aco lahir dengan kondisi yang memeprihatinkan jauh dari sentuhan tenaga kesehatan, hal tersebut disebabkan oleh pendidikan orang tua yang rendah. Dengan sanitasi lingkungan yang tidak sehat serta perilaku ibu yang jarang memberikan alas kaki untuk Aco ketika bermain di luar rumah, membuat Aco rentan mengalami masalah kesehatan hal tersebut menyebabkan kondisi Aco memburuk.



BAB V
PLAN OF ACTION


A. LATAR BELAKANG
Seorang anak laki-laki bernama Aco pada tanggal 29 September 2004, lahir di Rumah Orang Tuanya bernama S. Proses kelahiran anak ketiga ini ditolong oleh neneknya sendiri. Sejak lahir dan sampai sekarang Aco baru ditimbang 4 kali, padahal sekarang aco sudah berusia 21 Bulan. Saat ini Aco memiliki berat badan 8.0 kg dan panjang badan 79.5 cm. Secara keseluruhan Aco mempunyai ukuran antropometri menurut BB/U, TB/U dan BB/TB berturut-turut : -3.26 SD (buruk), -1.9 SD (Normal) dan -3.29 SD (Sangat Kurus). Data tersebut menunjukkan bahwa Aco tergolong anak yang sedang mengalami masalah gizi buruk.
Dua hari setelah lahir Aco langsung di beri ASI sampai saat ini. Frekuensi pemberian ASI Aco tergolong sering, karena Aco sangat rewel, setiap menagis ibunya selalu memberikan ASI. Hingga saat ini Aco masih disusui.
Pada umur 2 bulan Aco sudah diberikan MP-ASI berupa pisang, nasi dengan kuah ikan. Dalam sehari Aco makan 3 kali sehari mengikuti waktu makan orang tuanya, dan lebih banyak makan jajanan. Hasil recall konsumsi menunjukkan bahwa asupan Energi Aco hanya 60.2% dan asupan Proteinnya Hanya 50.3% dari kebutuhannya.
Sejak berumur 5 bulan, aco sering sakit-sakitan, sakit yang paling sering di derita ialah demam dan batuk-batuk. Jika sakit Ibu Aco meminta obat dari ibu bidan yang datang setiap hari selasa di kampung mereka.
Olehnya itu perlu diadakan pendampingan kepada keluarga yang memiliki balita gizi buruk sehingga mereka dapat memiliki pengetahuan tentang cara pemberian makan serta kebersihan diri kepada anak balitanya sehingga asupan zat gizi anaknya dapat meningkat.
B. TUJUAN
Apakah dengan pendampingan yang dilakukan oleh Mahasiswa Magang Gizi Kesmas selama 12 hari, dapat meningkatkan asupan energi dari 57.02% menjadi 80% dan asupan protein dari 63.8% menjadi 80%.

C. LANGKAH-LANGKAH
Kegiatan
Tempat
Output
PERSIAPAN
a. Pengumpulan data dasar (BB, TB, Status Sosek, Recall Konsumsi)

b. Menyusun rencana intervensi

Rumah Sasaran




Posko Mag. Gizi Kesmas

- Data antropometri
- Data Sosial Ekonomi
- Data Asupan Makanan


- Jadwal Kegiatan Intervensi
- Siklus Menu 12 Hari
PELAKSANAAN
a. Intervensi
b. Penguatan

c. Praktek Mandiri

Rumah Sasaran
Rumah Sasaran

Rumah Sasaran

- Intervensi berlangsung selama 12 Hari
- Penguatan berlangsung selama 3 Hari

- Praktek mandiri berlangsung selama 8 hari
EVALUASI
Rumah Sasaran
- Frekuensi makanan jajanan komersial berkurang
- Asupan Zat Gizi meningkat

D. RENCANA WAKTU
No
Kegiatan
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
A
Persiapan





a. Pengumpulan data dasar
17-19 Juli 2006




b. Penyusunan rencana intervensi
20 Juli 2006



B
Pelaksanaan/Intervensi





a. Intervensi

23 Juli s/d 3 Agustus 2006



b. Penguatan


4-6 Agustus 2006


c. Praktek mandiri



7-14 Agustus 2006
C
Evaluasi



15 Agustus 2006

E. RENCANA ANGGARAN
No
Sumber Daya
Tersedia
Kebutuhan
A
Persiapan



c. Pengumpulan data dasar
Rp. 5.000,-


d. Penyusunan rencana intervensi
Rp. ,-

B
Pelaksanaan/Intervensi



d. Intervensi (12 hari x Rp. 10.000,-)
Rp. 120.000,-


e. Penguatan
Rp. ,-


f. Praktek mandiri
Rp. ,-

C
Evaluasi
Rp. 5.000,-

JUMLAH
Rp. 130.000,-


F. EVALUASI
Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan dengan menggunakan indikator keberhasilan sebagai berikut :
1. Frekuensi mengkonsumsi jajanan komersial dalam bentuk kerupuk menurun
2. Asupan makanan meningkat.
3. Berat badan meningkat
G. KESINAMBUNGAN
Apabila program ini berhasil, maka ibu sudah memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang cara pemberian makanan yang bergizi, berimbang dan bervariasi kepada anak balitanya
BAB VI
HASIL INTERVENSI


A. Gambaran Umum Sasaran
1. Identitas Sampel
a. Nama : Aco
b. Usia : 21 bulan
c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Agama : Islam
e. Bangsa/Suku : Indonesia/Makassar
2. Data Subyektif
a. Keluhan utama : Anak malas makan
b. Riwayat penyakit sekarang : Batuk-Batuk
c. Riwayat penyakit dahulu : Batuk-Batuk
d. Keadaan sosial ekonomi : Pekerjaan ayah Aco adalah nelayan dan ibunya hanya ibu rumah tangga, penghasilan orang tua Aco sehari kurang lebih Rp. 30.000,-
3. Kebiasaan Hidup dan Pola Makan
Aco sering diajak keluar bermain oleh kakaknya, hanya saja setiap keluar rumah ia tidak pernah menggunakan alas kaki. Dalam sehari Aco makan 3 kali sehari mengikuti waktu makan orang tuanya, dan lebih banyak makan jajanan.
4. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik : Kondisi Fisik Kurus
b. Pengukuran Antropometri : Berat badan = 8.0 kg. Tinggi badan : 79.5 cm
c. Pemeriksaan Klinik : -
d. Pemeriksaan Laboratorium : -
e. Anamnesa Gizi : Tidak memiliki makanan pantangan, frekuensi makan 3 kali sehari dengan kebiasaan jajan/ngemil 2-3 kali sehari
5. Asessment
a. Status Gizi : BB/U = -3.26 SD (Buruk)
TB/U = -1.9 SD (Normal)
BB/TB = -3.29 SD (Sangat Kurus).
b. Asupan makanan : Energi = 57.02%
Protein = 63.8%
6. Planning
Tabel 1. Distribusi Nilai Gizi Perencanaan Menu
Hari Ke-
Energi
Protein
Kebutuhan
Perencanaan Menu
Kebutuhan
Perencanaan Menu
1, 5 & 9
1000 kkal
954.9 kkal
25 gr
28.06 gr
2, 6 & 10
1000 kkal
901.55 kkal
25 gr
30.81 gr
3, 7 & 11
1000 kkal
1005.45 kkal
25 gr
41.31 gr
4, 8 & 12
1000 kkal
1076.8 kkal
25 gr
41.61 gr
Susunan Menu dapat di lihat pada lampiran

B. Tahap Intervensi
1. Asupan Makanan
Tabel 2. Distribusi Asupan Makanan
Hari
Energi
Protein
Perencanaan
(kkal)
Asupan
(kkal)
Presentase Asupan
(%)
Perencanaan
(gr)
Asupan
(gr)
Presentase Asupan
(%)
1
954.9
606.3
60.63
28.06
18.18
72.72
2
901.55
670.55
67.05
30.81
22.88
91.52
3
1005.45
555.3
55.53
41.31
19.69
78.76
4
1076.8
668.9
66.89
41.61
16.57
66.28
5
954.9
620.8
62.08
28.06
18.73
74.92
6
901.55
688.15
68.81
30.81
23.96
95.84
7
1005.45
654.4
65.44
41.31
25.17
100.7
8
1076.8
679.1
67.91
41.61
20.35
81.42
9
954.9
690.9
69.09
28.06
21.34
85.36
10
901.55
678
67.8
30.81
23.75
95
11
1005.45
696.35
69.63
41.31
26.80
107.22
12
1076.8
817.6
81.76
41.61
27.76
111.04
Sumber : Data Primer, 2006
Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa asupan energi sasaran dari hari ke-1 sampai dengan hari ke-12 sangat bervariasi, akan tetapi tetap masih dalam kategori kurang. Berbeda dengan asupan protein, terlihat bahwa asupan protein pada hari-hari tertentu sudah mulai membaik.
Proses adopsi perencanaan menu yang kami buat berjalan Sangat lambat, karena sikap anak yang apatis, rewel dan tidak senang pada orang asing.
Dalam perencanaan menu sulit membuat menu yang beragam karena tingkat sosial ekonomi keluarga sasaran yang tergolong rendah. Kami hanya memberdayakan sumberdaya yang terdapat di dalam keluarga tidak memberikan subsidi dalam bentuk materi karena untuk menghindari sikap ketergantungan keluarga sasaran terhadap bantuan.
2. Frekuensi Konsumsi Snack Komersial
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Snack Komersil
Hari
Jenis
Frekuensi
1
Kerupuk Sinbad
1 kali
2
Kerupuk Sinbad
1 kali
3
-
-
4
-
-
5
Kerupuk Sinbad
1 kali
6
Kerupuk Sinbad
1 kali
7
-
-
8
-
-
9
-
-
10
-
-
11
-
-
12
-
-
Sumber : Data Primer, 2006
Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa pada hari ke-1 dan ke-2, sasaran masih mengkonsumsi snack kesukaannya, selanjutnya pada hari ke-3 dan ke-4 snack diganti dengan biscuit, selanjutnya pada hari ke-5 dan ke-6 kembali diberikan snack kesukaannya, selanjutnya hari ke-7 sampai dengan hari ke-12 snack tidak lagi diberikan lepada sasaran.
Proses tersebut dilakukan untuk mengurangi kebiasaan sasaran mengkonsumsi snack komersil dan menggantikannya dengan snack yang lebih banyak mengandung zat gizi.
C. Tahap Penguatan
Tahap penguatan merupakan tahap kunjungan rumah yang dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, kegiatan ini dimaksudkan untuk memantau proses pemberian makanan lepada sasaran.
Hasil pemantauan menunjukkan bahwa selama 3 (tiga) hari berturut-turut pola dan kebiasaan makan anak sudah mulai terbentuk, walaupun tidak lagi di dampingi, dan ibu sudah memiliki pengetahuan tentang berapa banyak makanan yang harus di konsumsi oleh anaknya.
D. Tahap Evaluasi
1. Asupan Makanan
Tabel 4. Distribusi Asupan Makanan

Sebelum Intervensi
Setelah Intervensi
Energi
(kkal)
Protein
(gr)
Energi
(kkal)
Protein
(gr)
Kebutuhan
1000
25
1000
25
Asupan
570.2
15.95
824
26.51
Presentase Asupan
57.02%
63.8%
82.4%
106.06%
Sumber : Data Primer, 2006
Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa setelah melalui 3 (tiga) tahap, yaitu tahap intervensi (12 hari), tahap penguatan (3 hari), serta tahap praktek mandiri (8 hari), terjadi peningkatan asupan energi dan protein, yaitu untuk energi dari 57.02% menjadi 82.4% dan untuk protein dari 63.8% menjadi 106.06%.
2. Frekuensi Konsumsi Snack Komersil
Sebelum intervemsi frekuensi konsumsi snack komersil sasaran dalam sehari rata-rata 3 (tiga) kali dalam bentuk kerupuk sinbad, sedangkan dalam proses pendampingan, berhasil mengurangi frekuensi konsumsi snack komersil dan menggantinya dengan biscuit yang lebih kaya dengan zat gizi.
3. Berat Badan
Berat badan sebelum intervensi ialah 8.0 kg dengan tinggi badan 79.5 cm. Pada akhir intervensi berat badan sasaran meningkat menjadi 8.2 kg dengan tinggi badan 79.6 cm.

BAB VII
PENUTUP


A. Kesimpulan
1. Asupan energi sasaran meningkat dari 57.02% menjadi 82.4% dan untuk asupan protein dari 63.8% menjadi 106.06%.
2. Frekuensi konsumsi snack komersil sasaran menurun dari 3 (tiga) kali menjadi 2 (dua) kali sehari dengan peningkatan koalitas jajanan dari kerupuk sinbad menjadi biscuit.
3. Berat badan sasaran meningkat dari 8.0 kg menjadi 8.2 kg.
B. Saran
1. Keluarga sasaran
Pola makan serta asupan makanan yang ada Sekarang harus dipertahankan bahkan kalau bisa ditingkatkan.
2. Puskesmas
Pendekatan dalam penanggulangan masalah gizi sebaiknya berorientasi kepada pemberdayaan keluarga jangan mengandalkan bantuan dari pusat, karena hal tersebut dapat meningkatkan ketergantungan masyarakat kepada bantuan dan membuat masalah mereka semakin memburuk.
3. Pengelola Prodi Gizi FKM Unhas
Pelaksanaan Magang gizi kesmas sebaiknya tidak diikutkan dalam program KKN, karena hasilnya tidak maksimal, apalagi jika salah seorang mahasiswa ditunjuk menjadi Koordinator Desa, maka praktis proses pelaksanaan Madang gizi kesmas akan terbengkalai.
Daftar Pustaka

UNDP. Indonesia Human Development Report 2001. Jakarta.
UNDP. Indonesia Human Development Report 2003. Jakarta.
UNDP. Indonesia Human Development Report 2004. Jakarta.
Hadi, H. 2002. Meningkatkan Status Kesehatan dan Gizi Keluarga Melalui Kemitraan Pria dan Wanita dalam Rumah Tangga. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Meningkatkan kualitas bangsa melalui kesetaraan perempuan” di Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. 15 Juni 2002
Unicef. The State of the World’s Children 1998. Oxford University Press. Dalam Hadi. 2005. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada pada tanggal 5 Februari 2005 di Yogyakarta
WHO. 2000 Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva. Dalam Hadi. 2005. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada pada tanggal 5 Februari 2005 di Yogyakarta

Tidak ada komentar: